Tuesday, November 21, 2006

jaring aliran ta tanah

Praktikum Hidrogeologi Umum
Laboratorium Hidrogeologi III-1
MODUL III
PARAMETER HIDRAULIK AKIFER
SASARAN
1. Mengetahui arti peta isophreatik dan jaring aliran airtanah
2. Mampu membuat peta isophreatik dan jaring aliran airtanah (flow net)
3. Mengetahui kondisi batas hidrodinamika
4. Memahami batasan uji pompa dan akifer
5. Mengetahui teknologi pemboran airtanah
I. TEORI DASAR
Akifer merupakan suatu lapisan batuan yang mampu menyimpan dan mengalirkan air.
Secara hidrodinamik di alam ada 3 (tiga) tipe akifer, yaitu :
1. Confined Aquifer (akifer tertekan)
Merupakan suatu akifer yang bagian atas dan bawahnya dibatasi oleh lapisan bersifat akifug
atau akiklud (Gambar 1).
Gambar 1. Konfigurasi akifer tertekan dan
muka airtanah pada sumur (Kruseman, 1994)
Gambar 2. Konfigurasi akifer tak tertekan
dan muka airtanah (Kruseman, 1994)
2. Unconfined aquifer (akifer tidak tertekan)
Akifer yang dibatasi oleh 1 lapisan impermeabel di bagian bawahnya (dan pada bagian
atasnya tidak ada lapisan penutup/impermeabel layer)(Gambar2).
3. Leaky aquifer ( semi confined atau akifer bocor)
Akifer yang dibatasi oleh lapisan semi permiabel / lapisan akitard (di atas dan atau di
bawahnya)(Gambar 3).
Praktikum Hidrogeologi Umum
Laboratorium Hidrogeologi III-2
Gambar 3. Konfigurasi akifer bocoran dan muka airtanah pada sumur (Kruseman, 1994)
II. SIFAT HETEROGENITAS SUATU AKIFER DAN KEISOTROPIKANNYA
Suatu akifer dapat dikelompokkan pula berdasarkan karakteristik kehomogenan
batuan dan sifat isotropiknya ( Kruseman G.P & de Ridder, 1994 ).
􀂄 Kondisi Akifer Homogen
Gambar 4a merupakan ilustrasi suatu akifer yang homogen dan isotropik yang
tersusun atas litologi yang sama. Masing-masing memiliki besar butir yang sama (homogen)
dan aliran airtanah memiliki kecepatan aliran yang sama ke segala arah. Besaran vektor
konduktifitas hirolik horizontal sama dengan vektor berarah vertikal (Kh=Kv) atau disebut
isotropik. Contoh : batupasir, dll.
Gambar 4a. Akifer Homogen & Isotropik Gambar 4b. Akifer Homogen & Anisotropik
Gambar 4b merupakan ilustrasi akifer yang homogen dan Anisotropik. Akifer
tersebut dicirikan dengan litologi yang sama dengan besar butir relatif sama (homogen).
Namun demikian aliran airtanah pada akifer tersebut mempunyai kecepatan aliran yang tidak
sama ke berbagai arah.
Praktikum Hidrogeologi Umum
Laboratorium Hidrogeologi III-3
􀂄 Kondisi Akifer Heterogen
Gambar 4c merupakan ilustrasi akifer yang bersifat heterogen/anisotropik dengan
litologi campuran serta memiliki besar butir yang tak seragam. Aliran airtanah pada akifer
tersebut memiliki kecepatan aliran yang tidak seragam dimana Kh tidak sama dengan Kv
(ansotropik). Contoh Batupasir dengan struktur sedimen graded bedding.
Gambar 4c. Akifer Heterogen & Anisotropik Gambar 4d. Akifer He terogen & Terkekarkan
Gambar 4d merupakan ilustrasi akifer dengan litologi yang terkekarkan dimana
perhitungan kecepatan aliran berbeda dengan kondisi aliran pada media pori (Porus Media).
Contoh batu gamping, lava, dll.
III. REKONSTRUKSI ALIRAN AIRTANAH
Kondisi airtanah di dalam akifer dapat digambarkan menjadi suatu peta isofreatik dan
suatu jaring aliran airtanah.
1. Peta Isofreatik
Peta isofreatik adalah peta kesamaan muka airtanah yang dibuat berdasarkan
pengamatan ketinggian muka airtanah. Peta isofreatik ini dapat dibagi menjadi dua:
• Watertable map : Peta kesamaan muka airtanah untuk akifer bebas
• Piezometric map : Peta kesamaan muka airtanah untuk akifer tertekan
Guna peta isofreatik adalah:
• Untuk menentukan kedalaman sumur
• Untuk menentukan arah aliran airtanah
• Untuk menentukan gradien hidrolik
• Untuk memperkirakan debit suatu akifer
• Untuk eksplorasi airtanah lebih lanjut
Syarat batas pembuatan peta isofreatik adalah:
• Penentuan ketinggian muka airtanah harus pada lapisan akifer yang sama dan
menerus
• Akifer bersifat homogen isotropik (akifer ideal)
Praktikum Hidrogeologi Umum
Laboratorium Hidrogeologi III-4
2. Cara pembuatan peta isofreatik
Secara umum pembuatan peta isofreatik hampir sama dengan pembuatan peta
topografi yaitu dengan membuat kontur (menghubungkan titik-titik ketinggian yang
sama). Namun di sini titik-titik itu adalah titik ketinggian muka airtanah yang didapat
dari sumur galian ataupun sumur bor pada akifer yang sama. Titik ikat yang lain adalah
mataair.
Contoh cara penentuan muka airtanah pada sumur galian:
t = tinggi pagar sumur
D = kedalaman muka airtanah dari bibir pagar)
d = D – t (kedalaman muka airtanah dari muka tanah)
T = topografi
s = T – d (ketinggian muka airtanah)
Gambar 5. Penentuan tinggi m.a.t
3. Penentuan gradien hidrolik dan arah aliran
Penentuan gradien hidrolik dapat dilakukan dengan metoda ‘Tiga Titik’ pada jenis titik
ikat yang sama yaitu:
- Tiga titik sumur bor/galian atau
- Tiga titik mataair
Dari metoda tiga titik ini akan didapat nilai gradien hidrolik (i) :
Contoh pada Gambar (6) i = Δh/L
i = (40-30)m/L
i = 10 m/L
Sedangkan L = panjang tegak lurus terukur garis head x skala peta
Praktikum Hidrogeologi Umum
Laboratorium Hidrogeologi III-5
Gambar 6. Penentuan Gradien Hidraulik Metoda Tiga Titik.
Sedangkan arah aliran diambil dari gradien head yang tinggi ke rendah.
4. Jaring aliran airtanah
Jaring airtanah terdiri dari dua jenis garis. Garis pertama adalah garis ekipotensial
( equipotential lines) yang menghubungkan titik-titik dengan head (tekanan hidrostatik)
yang sama. Garis kedua adalah garis aliran ( flow lines) yang menunjukkan pola aliran
ideal air di dalam akifer. Karena air akan selalu mengalir ke titik dengan selisih head
yang paling besar, maka garis aliran akan selalu membentuk sudut tegak lurus
dengan garis ekipotensial.
Gambar 7. Peta kontur aliran airtanah bebas dan jaring airtanah
Praktikum Hidrogeologi Umum
Laboratorium Hidrogeologi III-6
Gambar 8. Penampang aliran airtanah bebas dan jaring airtanah
5. Kecepatan aliran airtanah
Kecepatan aliran airtanah dapat dihitung dengan menggunakan hukum Darcy dan
persamaan kecepatan hidrolik:
Q = KA (dh/dl) (hukum Darcy)
Q = Av (persamaan kecepatan)
Sehingga dihasilkan persamaan :
v = K.(dh/dl).1/n
dengan, v = kecepatan aliran dh/dl = gradien hdraulik
K = konduktivitas hidraulik n = porositas
IV. ALIRAN TUNAK DAN TIDAK TUNAK
Jika suatu akifer di pompa, maka aliran air pada akifer itu dapat berupa aliran tunak
(steady flow) atau aliran tidak tunak (unsteady flow/transient)
􀂙 Aliran Tunak ( Steady-state Flow)
Pada aliran ini muka airtanah dalam sumur pompa dan piezometer (water level) tidak
berubah terhadap waktu.
􀂙 Aliran Tidak Tunak ( Unsteady-state Flow /Transient)
Dimana muka airtanah dalam sumur pompa dan sekeliling pieozometer (Water Level)
berubah terhadap waktu
Praktikum Hidrogeologi Umum
Laboratorium Hidrogeologi III-7
V. METODA PEMBORAN UNTUK PENGUJIAN DAN EKSPLOITASI AIRTANAH
Jenis metoda pemboran dibedakan berdasarkan
􀂉 Mekanisme Pemboran
􀂉 Sirkulasi fluida Bor
􀂉 Jenis Fluida bor yang digunakan
Berdasarkan mekanisme pemboran, metode pemboran dapat dibagi lagi, yaitu :
1. Pemboran Tumbuk ( Percussive Drilling)
Dioperasikan dengan cara mengangkat dan menjatuhkan alat bor berat secara berulangulang
kedalam lubang bor sehingga lubang bor terbentuk akibat mekanisme tumbukan
dan beban rangkaian bor (Gambar 9).
2. Pemboran Putar ( Rotary Drlling)
Lubang bor dibentuk dari pemboran dengan mekanisme putar dan disertai pembebanan
(Gambar 10).
3. Bor putar Hidraulik ( Hidraulik Rotary)
Dimana lubang bor dibentuk dari kombinasi antara mekanisme putar, tekanan hidraulik,
dan beban setang bor (Gambar 11).
Kelebihan atau kekurangan mesin bor tumbuk dibandingkan mesin bor putar antara lain
seperti pada Tabel 1 berikut :
Tabel 1. Kelebihan dan kekurangan mesin bor tumbuk
Kelebihan Kekurangan
♦ Ekonomis (murah, biaya operasi rendah, biaya
transportasi murah, persiapan rig cepat)
♦ Menghasilkan contoh pemboran yang lebih baik
♦ Lebih mempermudah pengenalan lokasi
♦ Tanpa sistem sirkulasi
♦ Kemungkinan kontaminasi karena pemboran relatif kecil
♦ Kecepatan laju pemboran
rendah
♦ Sering terjadi putusnya sling
Berdasarkan sirkulasi fluida, metode pemboran dapat dibagi lagi, yaitu :
1. Sirkulasi Langsung ( Direct Circulation)
Fluida bor dipompakan dari mudpit ke mata bor melalui bagian dalam stang bor
kemudian kembali lagi ke permukaan akibat tekanan pompa melalui rongga anulus.
2. Sirkulasi Terbalik ( Reverse Circulation)
Fluida bor dari mudpit bergerak melalui rongga anulus, kemudian kembali lagi
kepermukaan akibat gaya hisap pompa melalui bagian dalam stang bor.
Berdasarkan jenis fluida yang digunakan, metode pemboran dapat dibagi lagi, yaitu :
1. Pemboran menggunakan cairan / lumpur ( Mud Flush).
2. Pemboran menggunakan udara Jika menggunakan udara sebagai fluida bor ( Air Flush)
Praktikum Hidrogeologi Umum
Laboratorium Hidrogeologi III-8
Gambar 9. Bor Tumbuk Gambar 10. Bor Putar
Gambar 11. Bor Hidraulik
Praktikum Hidrogeologi Umum
Laboratorium Hidrogeologi III-9
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan suatu sumur bor.
a. Diameter Sumur
􀀩 Besaran diameter casing pipa yang digunakan sesuai dengan keperluan
􀀩 Jenis casing yang digunakan biasanya PVC atau Low Carbon yang disesuaikan
dengan kualitas airtanah.
b. Kedalaman Sumur
􀀩 Tergantung pada berapa lapisan akifer yang akan digunakan dan jenis akifernya
􀀩 Penentuan Jenis Akifer (Tertekan atau tidak) berdasarkan data log bor
c. Screen
􀀩 Merupakan tempat masuknya air pada lubang bor berfungsi juga sebagai filter
supaya material dari formasi tidak ikut terbawa oleh pompa
d. Gravel Pack
􀀩 Material kasar buatan yang ditempatkan disekitar screen yang berguna untuk
mempermudah air dipompa karena material-material pada akifer akan tertahan pada
gravel pack tidak menutupi lubang-lubang screen (sand Bridge)
􀀩 Mencegah agar lubang bor stabil atau tidak mudah runtuh
􀀩 Berfungsi sebagai filter alami
e. Pompa
􀀩 Alat untuk menghisap air dari lubang bor ke atas permukaan tanah. Pada pemboran
airtanah dalam pompa yang lazim digunakan adalah pompa selam ( submersible
pump)
Gambar 12. Konstruksi Sumur Bor (Kruseman G.P & de Ridder, 1994)
Praktikum Hidrogeologi Umum
Laboratorium Hidrogeologi III-10
Gambar 13. Skema Pompa Submersible
f. Piezometer
􀀩 Adalah sebuah alat pengukur muka airtanah yang ditempatkan di dalam sumur
pantau. Sumur pantau ditempatkan disekitar sumur pemompaan.
Gambar 14. Skema Alat Piezometer (Kruseman G.P & de Ridder, 1994)
Praktikum Hidrogeologi Umum
Laboratorium Hidrogeologi III-11
TES PEMOMPAAN
UJI AKIFER
AQUIFER TEST
Time draw-down test
UJI SUMUR BOR
WELL TEST/PUMPING TEST
Recovery test
g. Grouting
􀀩 Suatu lapisan buatan (berupa lapisan semen) yang berfungsi untuk menahan
konstruksi lubang bor.
Gambar 15. Konstruksi Sumur Bor Airtanah
VI. PUMPING TEST
Uji pemompaan merupakan suatu tahapan untuk menguji kapasitas debit dan
parameter-parameter fisik akifer sebelum dilakukan tahapan ekspolitasi pada sumur bor
tersebut. Secara umum uji pemompaan atau Pumping Test terdiri dari dua metoda yaitu uji
akfer dan uji pompa.
Diagram suatu test pemompaan
Praktikum Hidrogeologi Umum
Laboratorium Hidrogeologi III-12
a. Uji Akifer
Merupakan suatu test pemompaan yang dilakukan hanya pada 1 akifer dengan
pengamatan pada beberapa sumur pantau (Observation Well) atau piezometer
disekitar sumur uji.
b. Uji Pompa
Merupakan suatu uji pemompaan yang dilakukan pada beberapa akifer dalam satu
sumur bor dengan pengamatan pada beberapa sumur pantau (observasi well) atau
piezometer disekitar sumur uji.
Dari kedua tahapan tersebut akan dicari besaran dari parameter hidrolik akifer atau sumur
bor.
Gambar 16. Uji Akifer
Gambar 17. Uji Pompa.
Praktikum Hidrogeologi Umum
Laboratorium Hidrogeologi III-13
VII. PARAMETER HIDROLIK AKIFER
Ada beberapa parameter hidrolik yang penting yaitu Debit air (Q), Koefisien
Transimifitas (T), Konduktifitas Hidrolik (K), dan Koefisien Isian (S).
a. Q (Debit Air) dengan satuan m3/s.
Q = (V).A
= (K.i).A
= K(i).A
= K(dh/dl).A
Q ini dapat merupakan volume air yang dikeluarkan per satuan waktu.
b. T (Koefisien Transimissivitas) dengan satuan m2/s.
Satuan yang menunjukan kecepatan aliran dibawah satu unit gradien hidrolik melalui
sebuah penampang pada seluruh tebal jenuh suatu akifer.
c. K (Konduktifitas Hidraulik) dengan satuan m/s.
Dapat didefinisikan sebagai sebuah koefisien yang secara proporsional mengambarkan
kecepatan air yang dapat melaju melalui media permeable dalam unit waktu dan unit
gradien hidrolik. Densitas dan Viskositas air harus diperhatikan dalam mendeterminasi
Hydraulic Conductivity (dapat dilihat pada modul II).
K = T/b (b sebagai ketebalan kumulatif dari akifer)
d. S (Koefisien Isian) tanpa satuan
Merupakan nilai yang menyatakan volume air yang dapat dikeluarkan/dimasukan dari/ke
akifer pada unit luas dan per unit perubahan paras muka air
VIII. METODA-METODA DALAM UJI POMPA
Dalam tahapan uji pompa / akifer, maka pertama-tama harus dipahami jenis akifer
yang akan diuji. Dengan memahami jenis akifer, maka dapat digunakan metoda yang akurat
dalam tahapan pumping test. Jenis jenis metoda yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2
di bawah ini (Kruseman G.P & de Ridder, 1994).
Tabel 2. Metoda-metoda dalam uji pompa
Tipe Akifer Unconfined Aquifer Confined aquifer Leaky Aquifer
Jenis Aliran Steady Unsteady Steady Unsteady Steady Unsteady
Metoda Thiemsdupuit
Neuman`s
Wive-fitling Thiems 1. Theis
2. Jacob
1. De-Glees
2. Hantus-
Jacob
1. Walton
2.Hantus`Wir
ve-Fitling
Dalam praktikum ini hanya akan dibahas mengenai uji pompa untuk confined akifer yang
memiliki sifat aliran Unsteady atau Transient.
􀂄 Metoda Theis
Praktikum Hidrogeologi Umum
Laboratorium Hidrogeologi III-14
Metoda ini dapat dipakai jika memenuhi syarat-syarat
􀂾 Akifer tertekan dan tidak tunak
􀂾 Akifer Homogen dan Isotropik
􀂾 Debit Pemompaan (Q) konstan
􀂾 Digunakan kertas grafik log-log
􀂾 Digunakan bila μ > 0,01
Cara Kerja
􀂙 Gambarkan grafik hubungan antara s atau nilai penurunan (drawing down)
terhadap nilai t pada kertas grafik log-log . Grafik hubungan penurunan muka air
(s) dengan t ini akan sama dengan hubungan W(u) dengan 1/u grafik baku
(telampir)
􀂙 Tempatkan data uji pemompaan diatas grafik baku . atau hingga kedua grafik
(data uji pemompaan dan grafik baku) saling sejajar dan berimpit
􀂙 Pilhlah sembarang titik temu (match point) A pada kedua grafik yang saling
berimpit dan tentukan nilai W(u) , 1/u, s. dan t untuk titik A tersebut
􀂙 Masukan nilai-nilai tersebut kedalam persamaan
T= Q W(u)/4πs ……………………………..(1)
􀂙 Hitunglah nilai koefisien Isian (S) dengan mengunakan rumus
S = 4Tμt/r2 ………………………………..(2)
Ket : T = Koefisien Transimibilitas
S = koefisien Isian
T = Waktu pemompaan
r = Jarak sumur uji dengan sumur obsevasi
μ = 1/(1/μ)
Gambar 18. Grafik Uji Coba Metoda Theis
Praktikum Hidrogeologi Umum
Laboratorium Hidrogeologi III-15
􀂄 Metoda Jacob
Metoda ini dapat dipakai jika memenuhi syarat-syarat
􀂾 Akifer tertekan dan tidak tunak
􀂾 Akifer homogen dan isotropik
􀂾 Debit pemompaan (Q) konstan
􀂾 Digunakan kertas grafik semi log
􀂾 Digunakan bila μ < 0,01
Cara kerja
􀂙 Gambarkan grafik hubungan antara s atau nilai penurunan (drawing down) terhadap
nilai t pada kertas garfik semi log .
- t pada skala logaritma
- s pada skala linier
Tarik garis lurus yang merupakan regresi linier dari titik pengukuran tersebut
􀂙 Perpanjang garis lurus tersebut hingga memotong sumbu horizontal t pada s = 0 dan
baca nilai t
􀂙 Tentukan harga selisih draw down (s) pada 1 (satu) log cycle ( misal 100-101 atau 101-
102) atau disebut Δs untuk nilai regresi tersebut
􀂙 Hitung T dan S dengan persamaan berikut
T = 2,3 Q/(4πΔs).................................(3)
S = 2,246T to/(r2)................................(4)
Harga μ
μ = r2S/(4Tt) ……………..................(5)
Gambar 19. Grafik Uji Pompa (Metoda Jacob)
Praktikum Hidrogeologi Umum
Laboratorium Hidrogeologi III-16
Keterangan : pada tahap perhitungan sebaiknya dilakukan metoda Jacob terlebih dahulu,
jika μ > 0,01 maka digunakan metoda Theiss.
Catatan
Pada tahapan interpretasi :
• Jika harga koefisien Transmibilitas (T) lebih kecil dari 12,4 m2/hari maka kemampuan
sumur yang diuji tersebut hanya untuk keperluan rumah tangga, sebaliknya jika harga T
lebih besar dari 12,4 m2/hari maka cukup untuk keperluan industri, perkampungan dll.
Untuk akifer tidak tertekan harga S bervariasi antara 0,02-0,35 dan untuk tertekan 10-5 –
10-3
• Jika pada data hasil uji pompa terdapat beberapa nilai Q yang debitnya berbeda-beda
(Q1,Q2,..Qn) maka perhitungan dilakukan pada tiap debit yang konstan. Kemudian
berdasarkan hasil perhitungan tsb dibuat rata-rata parameter hidraulik sumur tersebut
Contoh suatu pengujian mempunyai nilai Q Terdiri dari Q1, Q2, Q3 ….Qn maka
a. Pada metoda Theiss
s = (s1 + s2 +s3 + …..+ sn)/n
T = (t1 + t2 +t3 + ……..+ tn)/n
W(u)r = (W(u)1 + W(u)2 + W(u)3 + …….+ W(u)n)/n
μ = (μ1 + μ2 + μ3 + …….+ μn)/n
Q = (Q1 + Q2 + Q3 + …….+ Qn)/n
T = QW(u)/4πs
S = 4Tut/R2
b. Pada metoda Jacob
Δs = (Δs1 + Δs 2 + Δs 3 + …….+ Δs n)/n
to = (to 1 + to 2 + to 3 + …….+ to n)/n
Q = (Q1 + Q2 + Q3 + …….+ Qn)/n
T = 2,3Q/4πΔs
S= 2,246Tto/r2
􀂄 Uji Sumur Tunggal (Single Well Test)
Kenyataan di lapangan menunjukkan seringkali tidak terdapat suatu sumur pantau.
Mengatasi hal ini maka dilakukan uji sumurbor tunggal. Uji ini memiliki kelemahan.
Pengujian sumur ini, seperti juga pada uji pompa dapat diketahui koefisien well loss,
faktor development sumurbor, efisiensi pemompaan dan perkiraan debit aman
pemompaan. Tahapan pengujian sumur tunggal dapat dilihat pada Tabel 3 berikut :
Praktikum Hidrogeologi Umum
Laboratorium Hidrogeologi III-17
Tabel 3. Tabel perhitungan uji sumur tunggal
Uji Bertahap
Parameter Simbol
I II, ….. n
Uji
Menerus
Kambuh
Penurunan (m) Ds
Debit pemompaan Q
Waktu pemompaan T
Penurunan maksimal (m) sw
(m/day) Q/sw
(d/m2) sw/Q
Koefisien loss linier (d/m2) B
Δ sw/Q a
Δ Q b
Koefisien loss linier (d2/m5) C = a/b
Koefisien loss linier (min2/m5) C = a/b
Akifer loss (m) BQ
Well loss (m) CQ2
% %CQ2
Pada posisi pompa tertentu
Penurunan, Sw = BQ + CQ2 (m) Sw
Penurunan maks = B2/4C (m) Sw maks
Q pompa maks = B/2C (m3/d) Qp maks
Debit aman pompa tersebut Qps
Penurunan aman yang terjadi Swp
Keterusan (transmisibility) T
Keterusan rata-rata Tr
Efisiensi pemompaan = %Pe
Pe = (BQ/(BQ+CQ2))x100%
%Pe
Faktor development = %Fd
%Fd = C/B x 100%
%Fd
Spesific Capacity = Sc = Q/Sw
(debit jenis) = m3/d/m
Sc
Catatan :
< 0,5 Sumur telah didesain dan didevelopment dengan baik dan
benar
Koefisien well loss
(min2/m5) =
0,5 – 1,0 Sumur agak buruk atau mengalami sedikit penyumbatan
1,0 – 4,0 Sumur buruk atau mengalami penyumbatan di beberapa
Praktikum Hidrogeologi Umum
Laboratorium Hidrogeologi III-18
tempat
> 4 Sumur sulit diperbaiki menjadi semestinya
Transmisibility = > 12,4 Sumur dapat dikembangkan untuk kebutuhan industri
< 12,4 Sumur hanya dapat dikembangkan untuk kebutuhan rumah
tangga
Faktor development = < 5 Sumur tidak mengalami penyumbatan
5 – 10 Sumur mengalami sedikit penyumbatan dan mudah
diperbaiki
10 – 15 Sumur mengalami banyak penyumbatan namun masih
dapat diperbaiki
> 15 Sumur mengalami penyumbatan yang sulit diperbaiki
100 – 95 % Sumur telah didevelopment dengan baik Efisiensi pemompaan
(%) = 95 – 80 % Sumur kurang baik didevelopment
80 – 65 % Sumur harus didevelopment kembali
< 65 % Sumur harus didevelopment kembali namun sulit mencapai
hasil sempurna
Daftar Pustaka
1. Australian Drilling Industry, 1997, Drilling The Manual of Methods, Application
and Management, Lewis Publisher New York.
2. Fetter, C.W, 1980, Applied Hidrogeologi, 3rd Edition, Merrill Pubs.co. Colombus
Ohio Uniterd States of America.
3. Freeze R.A. & Cherry, 1979, Groundwater, Prentice Hall, Inc. United State of
America.
4. Karen J. Dawson & Jonathan D. Istok, Aquifer Testing, Design, and Analysis of
Pumping and Slug Tests, 1991, Lewis Publishers New York.
5. Kruseman, G.P. , & M.A de Ridder, 1994, Analysis & Evaluation of Pumping Test
Data, Publication 47, Wegeningen, The Netherlands

No comments: